Monday, July 26, 2021

Masalah Pertama: Bulu Kucing Rontok!!

Gue nggak punya kucing. Tapi jadi "terpaksa" mulai ngurusin kucing adek gue karena dia ninggalin kucingnya di rumah semenjak menikah. Kenapa ditinggalin di rumah? Karena kucing yang katanya dia adalah calon korban ketabraknya dia dulu ini nggak bisa dipelihara di apartemen, tempat dia tinggal sekarang. Jadilah gue yang menghadapi masalah bulu kucing rontok ini. HAH!!
Si kucing liar ini dikasih nama Boi. Alasannya adek gue karena dia jantan, udah gitu aja. Seperti halnya memberi nama Annisa pada anak perempuan. Hanya sebuah penegasan. 
Jadi akhir-akhir ini Boi ngalamin bulu rontok. Gue tau karena Boi selalu menemani gue berjemur pagi-pagi. Sukanya nempel kaki gue. Agak-agak clingy juga berarti ya dia? 

Kalau gue elus, bulunya tuh nempel ke kaki gue yang juga berbulu. Gatel. Risih gue liatnya. Tapi sayang. Makanya dielus.




Karena sebelumnya nggak pernah punya kucing, jadi kita awam banget kan nih ya soal bulu kucing rontok begini. Maka kita lempar tuh ya pertanyaan ke IG Story, Alhamdulillah banyak temen yang jawabin. Mostly, ngejawab karena makanannya ora cocok. Kedua pada jawab jamur atau kutuan. Waduuuh... masa iya gue harus bawa ke dokter ini kucing?! 

 Anggep aja kita ambil jawaban pertama dulu ya. Karena seminggu terakhir ini sebenernya Boi abis dikasih makanan yang beda merek. Bukan sengaja ganti merek cat food tapi terganti karena kepepet. 

Jadilah minta sama saudara yang pelihara kucing juga, ternyata beda. Warnanya lebih cerah dan teksturnya lebih cembung. Gue pikir ya nggak apa-apa lah ya, sama-sama makanan kucing ini. 

Makanan boleh minta ke saudara.
Rada cembung. Semoga ini sebabnya.

Eh tapi ternyata kayaknya jadi sumber masalah bulu kucing rontok. Kondisi bulu kucing rontok ini cukup bikin kepikiran. Mau nggak mau harus mampir pet shop. 

Sebenernya ada 3 pet shop di radius 1 KM dari rumah gue, hehe. Tapi memang guenya aja belum pengalaman ke pet shop dan memang nggak suka hewan, jadi YA NGAPAIN KE PET SHOP! 

Karena bulu rontok akhirnya nyempetin juga ke cat food shop terdekat. Namanya Dad Pet Shop. Bersih juga tempatnya. Terang, nggak jorok, dan nggak bau. Untung ada nih Bolt makanan awalnya si Boi. Harga beda tipis, langsung aja beli dah ya. Daripada kaki gue ketempelan bulunya di Boi tiap berjemur, ye kan... 
Bolt, makanan aslinya. Lebih cekung.
Semoga ga rontok lagi.

Semoga aja beneran karena makanan ya bulu rontoknya si Boi. Kalau masih tetep rontok, ya mari dicoba mandikan ke Dad Pet Shop.
Read More

Thursday, August 27, 2020

Review: Film Tilik di Youtube. Kira-kira Apa Sih Zodiaknya?

Jadi beberapa hari ini Twitter gue rame dengan orang-orang yang ngetwit tentang film Tilik. Awalnya gue nggak ngeh pas ada yang ngetwit "Gojek = 1 penumpang, Gocar = 2-4 penumpang, Gotrek = satu kampung". Link film ini juga beredar nih di grup keluarga gue. Kenapa hype dah ini film? 


Hingga pada akhirnya hari ini, di antara kesakitan dipijet tukang pijet langganan, gue visit Youtube. Mayan nih ya kan film 32 menit buat mengalihkan rasa sakit otot kaku yang dipijet *yang ternyata tetep berasa sakit juga sih*.

Film tilik di youtube
source: Suara Jogja

Liat posternya. Pohon bambu sama ada truk kuning. Jangan-jangan film horor nih? Karena abis liat Twitter, nonton video seorang ibu nangis-nangis di deket pohon bambu sambil panggil anaknya. Kata caption-nya sih anaknya diambil kuntilanak dan cuma ibunya yang bisa liat. Sementara ada banyak yang bantuin tenangin ibu itu di video.


Well, kembali ke film Tilik. Seperti film-film pendek pada umumnya. Kisahnya sederhana tapi can relate bingit. Ibu-ibu dari desa pada pergi naik truk yang dikendarai Gotrek karena mau jenguk ibu lurah yang rawat di rumah sakit di kota. Sepanjang perjalanan diisi dengan dialog antara para ibu dan tentu saja ada satu orang yang jadi tokoh sentral, serunya tokoh ini antagonis yang super kompor. Selanjutnya, sinopsis bisa di-googling ya, karena yang mau gue bahas bukan filmnya ehehehe...

Melihat setiap karakter dalam film Tilik, gue jadi penasaran dan pengen bikin astro-cocok-logi ini.


Bu Tejo (Libra)

Zodiak karakter Bu Tejo film Tilik di YOutube
source: media.hitekno.com

Kesel ya sama praduga-praduga yang keluar dari mulut julidnya mulut Bu Tejo? Kalo ngomong tipe ngomporin ya! Tapi memang analisanya banyak benernya berdasarkan sosial media (bagus juga ini emak-emak up to date)... 

Ibu baju ijo toska ini juga agak-agak oportunis yaaa, sempet-sempetnya ngasih duit berbalut kampanye suaminya. Dan satu tagline di akhir film, "Kaya aku ngene lho, solutif!" yang 'nendang' banget.. jadi menurut gue zodiak si ibu ini adalah Libra (Kompor, analitis, oportunis, solutif alias mau gampangnya aja).


Yu Ning (Cancer / Taurus)

Zodiak karakter Yu Ning Film Tilik di Youtube
source: Milenianews

Melihat model keep positive thinking-nya Yu Ning terhadap praduga yang dilontarkan Bu Tejo dan empatinya pengen banget jenguk Bu Lurah, gue mikir dia agaknya Cancer nih. Agak-agak tukang samber juga, jadi kemungkinan Taurus yang keras kepala jadi zodiaknya Yu Ning.


Gotrek (Leo)

Zodiak karakter Gotrek Film Tilik di Youtube
source: Kompas.com

Sebagai satu-satunya lelaki yang kebagian banyak dialog di film ini, Gotrek kemungkinan adalah Leo. Sewaktu ibu-ibu adu komentar tentang Dian, dia sebenernya pengen ikutan komentar tapi takut ama istrinya yang duduk di kursi penumpang truk. Persis sifatnya Leo yang fear of missing out alias FOMO, hahaha! Hal yang lebih meyakinkan kalo dia Leo adalah sifatnya yang mauan. Karena di antara kendaraan pengangkut di desa, yang mau angkut ibu-ibu buat jenguk ya cuma Gotrek. Seperti Leo yang loyal dan susah menolak, yhaaa...


Dian (Gemini)

source: voxpop.id

Cantik kayak kebanyakan orang Gemini. Tapi sering kali digosipin karena misterius. Dan memang dugaan para ibu kepada Dian sebagai wanita 'nakal' jadi plot twist karena di akhir cerita dia malah menjalin hubungan sama mantan suami Bu Lurah...damn good.


Segitu aja kali ya review film Tilik yang gue telat banget nulisnya ini. Semoga lain kali bisa lebih tepat waktu untuk nulis. Akhir kata, silakan ditonton film Tilik di Youtube. Film pendek bagus yang menggelitik..dan ya itu, can relate to our society

Read More

Saturday, August 22, 2020

How Do I Get 25 Hours a Day?

Without question, we all have 24 hours a day. But to cover all my to-do list in a day, I need more than that. How do I get 25 hours a day?

Kenyataan bahwa satu hari nggak bisa diubah jumlah waktunya itu menyedihkan. Gue menyadari, gue butuh lebih dari 24 jam sehari. Kayaknya nggak cukup aja gitu untuk menyelesaikan seluruh agenda gue. Kurang menejemen waktu kali ya? 

HOW DO I GET 25 HOURS A DAY

Tapi kali lo yang baca ini bisa kasih masukan di komen untuk pembagian waktu sehari gue ini. Mulai dari...

8 jam = tidur (ini ga boleh kurang & dipotong-potong. Harus 8 jam full. Biar sehat fisik dan psikis).
1 jam = bangun tidur + sarapan + mandi (mandi gue cukup 10 menit, bersih kok bersih, ehe!).
1 jam = perjalanan ke kantor.
8 jam = kerja.
1 jam = istirahat.
1 jam = perjalanan pulang.

baru sampe sini, dari 24 jam gue udah kepake sekitar 20 jam. 

Artinya masih ada 4 jam lagi ya...
1 jam = mandi sepulang kerja (kalo pake keramas bisa 30 menit termasuk hair dryer) + makan malam.
1 jam = buat ngobrol sama orang-orang terdekat / nongkrong sama temen
2 jam = buat urusan domestik (ya masak, ya cuci piring, ya belanja, kadang mampir tempat cuci motor). Nggak menutup kemungkinan zoom meeting atau ngerjain lemburan *oh agency lyfe*

ABIS. OKE ABIS 24 JAM GUE ABISSS!!

kesel.

Kesel karena gue nggak punya waktu buat browsing berita-berita terkini. FOMO banget ya? Emang.
Kesel karena nggak sempet ngobrol sama orang-orang terdekat lebih lama lagi.
Kesel karena nggak bisa bercinta lebih santai *ya karena mikirin hanya ada 24 jam kali ya*
Kesel karena nggak sempet lagi lihat Youtube, buka social media, update hal seru, nonton Netflix.
Kesel karena pengen ngeblog, ngelanjutin online workshop pun nggak bisa lagi.
Satu lagi, kesel karena nggak bisa olahraga pagi! *ya ini antara niat dan ketersediaan waktu sih...*

Tapi kesimpulannya prioritas adalah semua dan tidak dapat dipilah-pilih lagi. 

Tidur, masak, Netflix adalah prioritas untuk tetap mencintai diri sendiri.
Kerja adalah prioritas untuk tetap bisa bertahan hidup dan belajar.
Plaju adalah prioritas untuk menunjang kerja.
Ngobrol dan bercinta adalah prioritas untuk tetap memenuhi hirarki Diagam Maslow.

Sejauh ini gue masih di tahap kesel-kesel sendiri sama waktu yang hanya ada 24 jam. Tapi barusan browsing sih, gimana caranya bisa punya 24 jam yang efektif? Baru lihat sekilas sih, karena gue pikir nggak semua yang ada di artikel can relate sama aktivitas gue setiap hari ya. Skeptis amat ya Letysia, hahaha!

Menyoal 24 sehari ini, sebenernya adil juga. Karena setiap orang punya jumlah yang sama dalam sehari. Tapi kenapa gue masih kurang aja ya? Kurang bersyukur ya?

Mikir begini akhirnya menyadarkan gue, di umur yang nggak muda lagi dan temen-temen udah masih sedikit, seharusnya gue bisa lebih tepat waktu untuk tiba kalo ada ajakan nongkrong. Karena semua orang punya 24 jam yang sama dan mereka bersedia meluangkan setiap menitnya untuk melihat gue hadir dan mendengarkan cerita-dan-lelucon-yang-tidak-selalu-lucu dari gue...
Read More

Monday, May 11, 2020

Brainstorming KV = Solving a Jigsaw Puzzle

Brainstorming is like solving a jigsaw puzzle. Kira-kira ini analogi gue buat kerjaan gue yang lagi menyenangkan banget. 

Brainstorming jigsaw puzzle


Nggak ngira deh gue bakal bilang kerjaan gue ini menyenangkan, hehehe. Tapi memang lagi semenyenangkan itu! Karena di pekan lalu tim gue lagi ngerjain sebuah pitching brand yang akan ngeluarin produk baru dan brand ini pengen dibuatin key visual-nya alias KV. 

Kenapa akhirnya gue bisa bilang asyik? Karena diskusi alias brainstroming-nya semenarik itu!!!

Ada istilahnya bikin route atau mungkin bisa diartikan kayak macem-macem arah komunikasi buat KVnya. Sejauh ini yang gue pelajari ya ada emotional dan functional. Emotional itu mengomunikasikan produk tanpa pakai kata-kata yang menjual keunggulan produknya. Sementara functional ya sebaliknya, langsung bilang produk ini hebatnya A atau B atau C. Dua komunikasi ini bisa dijabarin lagi jadi big idea

Menemukan route yang tepat ini kayak permainan puzzle. Crack semua kemungkinan ide yang bisa jadi arah komunikasi, terus dijabarin satu-satu. Kayak lagi nyelesein puzzle 3600 pieces yang gambarnya kayak The Starry Night - Van Gogh. 

Lukisan ini kan didominasi warna biru, banyak tapi bergradasi. Sama kayak brainstorming, vibe komunikasinya bisa bergradasi juga. Pada akhirnya biar masing-masing ide terjalin dan berhasil menggambarkan arah komunikasi yang lengkap. Walau harus dibongkar pasang. Mix and match terus sampai gambarnya utuh alias komunikasinya sampai di target audience. Jadi pas orang ngeliat iklannya itu langsung paham, "Oh ada produk ini yang bisa bikin gue begini atau ternyata isinya tuh begini!". Gitu kira-kira dah!

Do something great motivation


Jadi menurut gue kerja di agency itu cocok buat lo yang suka main puzzle, hidden objects, atau ya catur gitu deh. Atau bisa juga buat lo yang suka cerita detektif. Analisa asyik sambil diskusi. Ngebuka wawasan baru. 

Ya semoga aja pitching-an ini berhasil menang yaaa...! Dan semoga juga good vibes kayak gini terus bisa gue rasain, bukan di masa-masa 'honeymoon' alias tiga bulan pertama kenalan sama kerjaan ini :) 

Semangat terus tim!


Read More

Sunday, February 2, 2020

Forget an Ex, Love and Hate Memories

Pernah nggak sih, kenangan bareng mantan muncul lagi ketika lo pakai suatu barang? Atau dalam sebuah situasi lo yang pernah dilewati bareng mantan? Mungkin sebuah tempat di mana lo pernah nge-date sama mantan?

Kenangan ini cukup mengganggu gue lagi nih. Beberapa kali gue nyetir sendiri, tiba-tiba kangen momen bareng-bareng di mobil. Ya pegangan tangannya, ya ciumannya, ya lagu yang kita dengerin bareng waktu ke luar kota. Juga cerita Ikan Mulut Kecil yang pernah dia ceritain di bawah jalur MRT ke Fatmawati. 

Sekarang gue agak males bawa mobil besar itu sendirian. Mau nggak mau, solusinya mending naik yang mobil yang lain kalau pas lagi ada atau bareng temen biar ada yang diajak ngobrol. Atau milih nggak pergi sama sekali. 

Kasur di kamar. Barang ini juga sering menimbulkan kenangan bareng mantan yang Leo tapi ada Gemininya itu. Nggak mungkin ganti kasur sih. Jadi, mau nggak mau berdamai dengan situasi ini sendirian. Caranya? Kasur hanya akan dihinggapi ketika gue udah ngantuk banget. Relaksasi nafas sebagai pendistraksi. Berhasil? Sering kali gagal dan berakhir dengan peluk guling aja sampai ketiduran. 

Kenapa sih kenangan-kenangan gini tuh muncul dari dalam otak? Nggak bisa ya otak ini diprogram otomatis untuk menghapus bagian-bagian yang memang bener-bener udah nggak guna? Bagian otak mana sih yang masih menyimpan kenangan?

Memangnya nggak bisa ya kalau kontak, social media, dan segala jalur komunikasi udah dihapus, kenangannya juga otomatis terhapus?



Read More