Saturday, June 28, 2014

The Fault In Our Stars

Seharusnya tulisan ini ditulis tepat setelah gue selesai nonton. Tapi sudah kepagian, karena gue nonton Sabtu jam 11 malam dan besoknya gue masuk karena mau pilih baju untuk pemotretan.

Jadi, karena Fikri ngajakin nonton The Fault In Our Stars ya oke deh, gue ikut aja. Ini kayaknya
film baru, karena pemutarannya hanya midnight. Blitz Teras Kota jadi pilihan gue, Fikri, dan Anti buat ‘mendayu-dayu’ di film ini.

Eh iya, kalau gue cerita film ini, jadinya gue spoiler ya? Haha. Tapi sudah seminggu juga sih, jadi yaudahlah ya. Ini pendapat gue tentang The Fault In Our Stars.

Gue tahu film ini, karena gue sudah duluan download lagunya Ed Sheeran yang jadi soundtrack film ini. All of The Stars judulnya. Asal tahu lagu ini dari mana persisnya, gue lupa. Mungkin dari chart Billboard atau radio di Indonesia. Lagu ini cocok banget buat yang long distance relationshit, iya relationshit...(enggak enak kan rasanya jauh-jauhan sama pacar? I’ve been there). Lagu ini galaunya luar biasa! Haha taek lebay.

Film ini story-nya biasa banget! Asli deh. Gue hanya melihat, dua anak muda jatuh cinta, saling mengisi, manis-manisnya pacaran, terus ada sakit hati, tapi ujung-ujungnya juga (sedikit) happy ending. Meski dibalut dengan tokoh yang ‘tidak sempurna’, tetap aja ada kurang gregetnya, IMO.

Penonton di Indonesia, Melayu yang senang dengan alur drama romantis mendayu-dayu, pastinya suka dengan film ini. Karena ibu yang nonton di samping kiri gue aja sampai buang ingus berkali-kali, kayaknya doi terisak deh *yawn*
Hazel Grace
Cakep kan? :D
Jadi kenalan dulu lah ya lo pada sama tokoh di film ini. Namanya Hazel Grace. Cantik asli, cantik! Gue suka pipinya yang merah merona dan rambut pendeknya yang blonde. Hazel ini penderita Kanker Tiroid. Jadi waktu masih usia 12 atau 13 tahun gitu dia dioperasi dan hampir mau mati. Batal mati tapi.

Batal mati malah bikin Hazel Grace ini susah hidupnya sih. Karena dia harus bawa-bawa tabung oksigen untuk selang udaranya dan enggak jelas hingga kapan dapat bertahan hidup. Sampai akhirnya si Hazel ketemu dengan Augustus Walters (gue yakin di Leo!) di tempat peer group penderita penyakit yang enggak umum terjadi.
Mirip ga sih? Mirip.
Dengan gaya cuek, santai, kepedean, dan cerianya Augustus, Hazel yang awalnya enggak mau kasih harapan untuk hubungan yang lebih dari temenan karena sakit yang dideritanya. Lama-lama malah luluh. Terus mereka pacaran, seneng-seneng, sampe akhirnya Augustus meninggal duluan karena kanker juga. Kanker yang buat Augustus ini kehilangan satu kakinya dan harus diganti dengan penyangga besi di balik celananya.

Okay? Okay.
Dari film ini gue inget manisnya kisah romantis di film Habibie Ainun. Sementara itu gue juga suka cara mereka menikmati hidup yang entah berapa lama lagi bisa keduanya miliki waktu untuk ketawa dan sayang-sayangan.

The way they show a love juga menarik banget. Itu sih pesan yang paling gampangnya. Tapi namanya lagi jatuh cinta, ngasih yang terbaik, oke, dan keren itu gampang banget kalau di film. Kalau di kehidupan nyata sih wasalam lah...

Dan gue juga suka bagian perjalanan mereka ke Belanda untuk ketemu penulis buku favorit Hazel. Belandanya itu lho! Bikin gue makin pengen ke sana. Lagu-lagu di film ini oke-oke banget juga, gue sih suka. Mau download sealbum, haha.

Oh iya, lucu juga sih editingnya. Kayak tampilan tulisan saat Augustus dan Hazel ngobrol via sms. Itu keren menurut gue :)

Kalau gue sok-sok a la IMDB, film ini gue kasih 6 dari 10. Abis jalan ceritanya biasa banget!!

3 comments:

  1. Replies
    1. terlalu manis ceritanya, karena di dunia ini enggak ada yang semanis itu #sokyakin ahaha :)

      Delete