Thursday, April 4, 2013

Enough at Ramadhan

Mungkin.



Mungkin ini efek dari 'status'.




Mungkin ini efek dari 'status' yang beredar di masyarakat.
Mungkin ini efek dari 'status' yang beredar di masyarakat bahwa Indonesia adalah negara pemeluk agama Islam terbesar di dunia. WOZAAH!!!
Gue nggak tahu kapan awal pastinya setiap bulan Ramadhan diisi dengan sinetron bernuansa Islami yang...*masih "yang" nih* yang akhirnya latah sampai sepanjang tahun. Asli, jadi pertanyaan buat gue apakah running-nya sinetron-sinetron religius ini diakibatkan dari masyarakat Indonesia yang sebagian besar:

  1. Doyang ngongkang-ongkang kaki, nonton sinetron, biar dijadiin bahan ngobrol sama temen sekerja di kantor atau ibu-ibu yang abis senam Tai Chi besok pagi.
  2. Segitu besarnya kecintaan pada Islam. Tontonnya semua berbau Islami. Setelah mengaji di masjid, nonton sinetron pertama dari jam 19.30 sampai 21.00 WIB, lanjut sinetron ke dua dari 21.15 sampai jam 23.00, abis itu lanjut dengan salat witir 3 rakaat. Subhanallah ya ukhti!
Padahal belum tentu juga isi sinetronnya sesuai dengan ajaran kitab suci. Bahkan, menurut gue, ada bagian antagonisnya itu jahatnya kebangetan pake banget *oke boros kata, sudah kebangetan pakai pula kata banget* ya ya ya ituuu... Perhatikan dialognya, mana yang lebih diingat masyarakat? Gue yakin bukan dari ayat-ayat yang diomongin ustad cilik alias Tebe yang jagoan itu. 

Dialognya memang yang sehari-hari di sekitar kita sih, tapi dengan hiperbola yang fantasinya ke mana-mana. Kadang nggak sesuai kenyataan, dibikin jadi seakan kenyataan di masyarakat. Sedih sih.

Yang mengherankan gue lagi, sinetron itu nggak kelar pas Ramadhan kelar! Gue sangat oke kalau bulan Ramadhan itu isinya nuasa Islami, mulai dari kultum subuh ampe siaran langsung Tarawih dari Mekah *lebai*. Tapi kayanya nggak harus sepanjang tahun juga deh. Banyak acara-acara lain yang menarik, misalnya kenapa nggak angkat sinetron berbau profesi? Kan keren tuh jadi series kayak CSI, haha.

Yang menurut gue lucu adalah penggunaan 'seragam' baju koko di sinetron religi itu. Kalau gue lihat di sekeliling gue, yang pada pakai baju koko itu kebanyakan hari Jumat, cowok-cowok pada mau Jumaatan. Lha ini di sinetron hampir semuanya pakai baju koko, dari penokohan yang protagonis-antagonis ataupun si kaya-miskin. 
Penokohan protagonis-antagonis: Haji Sulam (protagonis) jelas pakai baju koko, biar makin kelihatan alimnya. Haji Muhidin (antagonis) yang pakai baju koko juga. Perasaan gue ya, baju koko itu nggak menentukan baik-enggaknya orang...dan sekeliling gue yang alim *jauh lebih alim* dari pada gue nggak segitu tiap harinya pake baju koko tuh. Masih pada kaos oblongan sama celana jeans kok.
Si kaya-miskin: Hmm gue nggak tahu pasti sinetron yang mana, tapi pasti ada *hahazeg sotoy*



Yaudah intinya gue hanya pengen penuhin blog aja. Abis mau nulis love(open)letter juga belum kelar-kelar karena moodnya kampret, naik turun. yawn.

0 comments:

Post a Comment