Friday, September 2, 2011

Salary On Demand. Jadi Berapa Gaji Wartawan?

Udah mulai buka mata nih ke depannya mau kerja apaan. Kerja yang sesuai dengan passion, tapi juga pengen yang gajinya besar sar sar. Wartawan? Setelah browsing baru ngeh kalau jadi wartawan itu gajinya kecil.

Berapa gaji wartawan sekarang


Let say, gue nantinya akan meneruskan di Trans Corp. Dari awal diwanti-wanti kalau kerja di Trans itu gajinya kecil. Tapi pengalaman yang didapat untuk sebuah pekerjaan di TV itu yang besar. Kalau cari pengalaman bekerja yang sesungguhnya di TV itu ya di Trans, gitu katanya. Tapi jangan harap gaji berlebih.

Keyword pertama: Gaji Trans. Yang keluar hasilnya macem-macem. Tapi mostly hasil obrolan forum. Take home pay 1,25 juta/bulan untuk reporter fresh graduate S1 (update-an tahun 2008), sekarang mungkin agak naik ya tapi mungkin nggak sampe 2 juta rupiah juga. Mungkin di atasnya, tapi pasti mepet sama UMR Jakarta. Ngebayangin sekarang hidup dengan 1,25 juta di Mampang, Jakarta, bisa hidup nggak ya? Uang transport PP berapa, uang makan dapet sih katanya 10 ribu perhari masuk, uang ngedate malming sama pacar berapa, dana mau clubbing tiap malem Jumat berapa, kalau pengen ganti hp gimana, kalau mau beli Galaxy Tab harus nyicil yang berapa bulan, kalau mau nyicil mobil harus kasih DP berapa biar bulanannya nggak gede, kalau mau nyicil rumah ambil yang tipe berapa, kalau lebaran kasih salam tempel ke keponakan berapa, berapa, berapa, berapa? Nutup nggak tuh kira-kira ya?

Tapi dari hasil browsing juga, katanya di Trans itu bonusnya yang gede. Bisa dapet 14 kali gaji dalam setahun. Tapi gue belum tahu nih, ada jaminan kesehatannya nggak tuh selama 5 tahun, karena sumpah ya kerja di TV itu berat boi!

Katanya sih itu gaji masa percobaan. Sesotoynya gue, percobaan di Trans itu 3 bulan. Kalau performa nggak oke, lo didepak bye bye, kalau bagus dilanjutin. Nah yang bikin was-was lagi, di Trans harus terikat kontrak 5 tahun. Lo harus 5 tahun kerja, dengan menggadaikan ijazah lulus kuliah ke Trans. So, selama 5 tahun ijazah lo dipegang sama HRDnya dan 5 tahun lo muter-muter aja di gedung Trans, nggak bisa ke mana-mana. Ada caranya biar nggak digadaiin 5 tahun ijazahnya, tapi gue belum belajar gimana caranya.

Hal yang masih agak bikin bimbang itu jam kerjanya. Oke, sekarang gue emang baru ngerasain jam kerjanya orang produksi-non news. Dari jam 12 siang sampai jam 12 malam, itu normalnya orang produksi. Bisa lebih pagi kalau ada rapat sama atasan. Emang jam rapatnya suka-suka deh, rasanya kayak otak bisa kerja pas dini hari. Nah kalau pulang jam segitu kan gimana transportnya ya. Kepikiran untuk nyicil mobil, tapi mikir lagi gimana nyicil kalau gajinya kecil. Kontrak atau ngekost deket situ? Mending pulang ke rumah, makan masih bisa ikutan nanggung orang tua.

Tapi sejauh gue magang sebulan ini, suasana kerjanya oke-oke aja tuh. Orang-orangnya masih muda kali ya, masih setipe. Orang yang tuaan juga masih berjiwa muda. Seragam hitam? Pasti kebanggaan lah kalau pakai yang ada logo Trans Corp. nya. Kalau jalan pasti dilirik, uhuy! Dan kerjaannya enjoy-enjoy aja. Kerja lapangan sama kerja di balik mejanya setara. Jadi nggak bosen, apalagi kalau dapet program yang jalan-jalan mulu.  Kalau inget bagian ininya, I think I can deal with the salary.


Mulai mikirin umur. Katakanlah gue wisudaan itu umur 22, tahun 2012. Eh 2012 ya? belum kerja udah kiamat duluan hahaha.

Anggeplah I'm the lucky one. Langsung keterima kerja di Trans. Terikat kontrak 5 tahun, itu artinya tidak bisa pindah kerja kalau ditawarin kerja di perusahaan yang salarynya lebih baik, atau lokasinya lebih dekat rumah, atau 'sesuatu' yang lebih 'Alhamdulillah yah'. Berarti gue baru bisa ambil kesempatan lain itu umur 27an. 27 man!!! Gila ketuaan abis nggak sih buat kuliah S2 di luar negeri?? Walaupun S2 hanya 2 tahun, tetep aja umur 29 udah berasa tua buat backpackeran. Eh padahal juga nih, S2 bisa diambil kalau udah pernah kerja di media selama 2 tahun. Lah ini gue bakalan kerja 5 tahun! 3 tahunnya terbuang sia-sia, padahal bisa kuliah lagi buat naikin self-value.

Dulu gue pernah punya target, umur 30 gue udah hidup enak. Masuk kantor suka-suka gue, punya mobil dua buah di garasi, tinggal di penthouse apartment, tidur dengan orang yang berbeda tiap malam. Baru sadar kalau kuliah jurnalistik bisa digaji kecil pas kerja, bikin gue mikir gimana caranya mewujudkan target gue ini.

Keyword kedua: Gaji Wartawan TV. Ini ada link agak formal tentang gaji pekerja media di Indonesia. Ada angka-angka kisaran gaji tuh di bawah. Coba bisa dibandingin ya. Ada yang lumayan, ada yang bikin nangis. Pekerja di daerah lebih 'ngesakne' kalau kata orang Jawa, yaiyalah cuma digaji 200 ribu. Bisa kayanya harus sambil jadi bandar narkoba kali tuh hehehe. Kok yang paling agak mendingan gajinya malah media cetak ya? Koran bisnis pula. Oh mungkin nggak sih pengiklannya perusahaan-perusahaan gede, jadi mau bayar iklan gede?sotoy gue. skip.

Tapi gaji-gaji segitu emang hampir nggak bisa buat saving kalau kerjanya di Jakarta. Ditambah dengan resiko besar yang dihadapi wartawan. Bukan maksud bilang kerjaan lain tidak beresiko besar, hanya kerjaan lain bisa punya resiko nggak ketembak di daerah perang tapi gajinya lebih besar. 

Duit...duit. Bukan yang utama, tapi nggak mungkin jadi nomer terakhir dipikiran. Jadi anak pertama pasti bakalan jadi tulang punggung keluarga, itu otomatis. Apalagi kalau orang tua udah pensiun, mana tega tiap hari minta makan di rumah.

Suka dukanya pasti ada. Mungkin sukanya bisa ketemu banyak orang baru, bisa kepoin orang, bisa jalan-jalan gratis dibayarin kantor. Dukanya waktu itu berharga. Tiap hari yang dijalani pasti ada 'resiko pilihan'nya. Hari yang dijalani belum tentu bisa menyelesaikan semua kerjaan. Kadang pengen banget jadi kelinci Energizer yang tahan lama, nggak gampang ngantuk dan bisa kerja terus. Tiap keputusan pasti ada celah untuk jadi penyesalan. Dan setiap kerjaan pasti ada prosesnya. Di mulai dari masa percobaan dengan gaji sekian, sampai pada gaji sekian dengan dedikasi supersekian pada jabatan.

5 comments:

  1. huah, saya juga lagi tertarik banget jadi wartawan, atau apalah yang berkaitan dengan jurnalis. cuma emang jadi pertimbangan banget masalah gaji.. mmmm,,, thanks infonya.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Faiqoh! Kalau kata teman saya yang sudah duluan bekerja di dunia jurnalistik, wartawan bisa makmur justru karena pekerjaan sampingannya hehehe. Tapi jadi wartawan pengalaman dan relasinya akan banyak sekali. Semoga sukses menjadi yang diinginkan ya :)

      Delete
  2. Profesi itu pilihan, kalo saya milih jadi graphic designer sesuai dengan jiwa yg saya miliki, sudah hobby dapat gaji yg lumayan, jauh dari apa dikatakan diatas dan sekarang sy freelance ataukerja di rumah dengan penghasilan rata-rata 6jt lebih, kalo sudah expert dalam bidangnya pasti banyak orang cari, so...kalo yg belom pengalaman banyak belajar dulu aja... jangan terlena dengan kenyamanan bekerja, setinggi apapun posisi karyawawan tetap saja berada di ketiak orang. Salam...

    www.yansuryanto.co.cc

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo mas Yan Suryanto, makasih ya sudah berbagi pendapatnya di sini. Betul mas, belajar dan selalu belajar. Belajar tidak kenal waktu, mulai dari yang formal sampai belajar lihat keadaan diri sendiri dan sekitar. Sukses selalu.

      Delete
  3. halo bro...
    sekarang lagi ada lowongan jadi Reporter Mula di Harian Kompas nih:
    http://lowongan.kompaskampus.com/default.aspx

    Coba aja siapa tau beruntung. Gw kerja di bagian IT Kompas sekarang.

    ReplyDelete