Posternya ini sih |
Meski ada Step Up yang baru nongol hari ini dan ada lima film lainnya yang tayang di Cinema XXI Tangcity Mall juga, Deliver Us From Evil yang akhirnya dipilih karena mepet buka puasa dan tepat dengan jam pulang kantor. Nah, kan dari judulnya aja sudah ketahuan ini bukan film komedi romantis atau porno (beda sih kalau film horornya Indonesia, sebagian jadi porno).
Secara sisi cerita filmnya jelek. Asli. Tapi sebenernya film ini enggak bisa sepenuhnya dikatakan jelek sih. Karena ada beberapa pesan moral yang gue tangkap sebagai penonton awam.
Bana emang enggak pantes di film horor! |
Dibantu dengan pendeta Mendoza yang memang ahli mengusir setan, Sarchie berjuang menyelamatkan jiwa orang-orang (hailah kaku banget bahasanya) yang saling terkait dengan tentara itu.
Di akhir film, Sarchie curhat ke Mendoza dan akhirnya terkuak cerita lama. Karena pernah menolong orang tuanya dari kejahatan sendiri, dia pikir Tuhan itu enggak adil dan enggak ada di dunia. Sarchie beberapa tahun lalu juga pernah melampiaskan dendam dengan bunuh orang yang diduga melakukan pembunuhan berantai di Bronx.
Well, gue menangkap pesan moral di film ini. Selain jangan lupakan keluarga karena kerjaan yang hectic, sebagai manusia kita enggak boleh jadi pendendam. Terlebih menghakimi orang yang sebenarnya lebih bijaksana 'dihakimi' Tuhan (ini bahasa gue a la Mario Teguh banget sih?).
Film ini bicara tentang karma. Sarchie yang lepas kontrol membunuh pembunuh berantai itu dan tidak percaya Tuhan itu, gue pikir semacam 'dikutuk' untuk merasakan keberadaan makhluk-makhluk tidak kasat mata.
Tapi setelah nonton, efek yang gue dapat adalah ingin googling lagunya The Doors! Lagu ini semacam kunci gitu di film ini. Gue penasaran sama liriknya. Tapi yang gue temui review ini. Setuju!
Pahami ya, dek J. |
0 comments:
Post a Comment