Sunday, May 20, 2012

Running Story

Gue tuh gendut udah dari kecil. Inget dari kecil, bukan dari lahir!! Seperti kata orang-orang, kalau kecilnya kurus nanti ketika gedenya gendut, vice versa

Sejak SMP gue makin berisi. Menurut gue sih, porsi makan dan jajan masih normal-normal aja. Tidak ada perubahan signifikan antara masa seragam putih merah dengan seragam putih biru. Hanya saja mungkin intensitas buang air besar berkurang, karena udah nggak ada lagi yang secara langsung memaksa harus makan sayur. Ketika itu gue sadari "I am not Indonesian anymore", pembelot anjuran pemerintah 4 sehat 5 sempurna. Lebay... -__-*


Hal ini berimbas pada nilai mata pelajaran olah raga gue, mata pelajaran paling malesin setelah Agama Islam. Kalau giliran olahraganya lari, gue selalu kalah. Berjuang mati-matian pun tetap ngos-ngosan di garis akhir, posisi terakhir pula. 

SMA dunia suram gue di mata pelajaran olahraga agak tertolong setelah gue ikut ekstrakulikuler pencinta alam. Ekskul ini mengharuskan gue naik gunung Salak untuk diangkat jadi anggota tetap. Jadilah mendekati hari H itu gue selalu latihan lari, istilahnya Training Centre aka TC. Hampir setiap hari sepulang sekolah atau Sabtu dengan dikit-dikit perbekalan materi di kelas. Latihannya meliputi lari (pasti) bareng, sit-up, back-up, lalu mainan alat yang pegangan pake tangan terus badannya diangkat-angkat ke atas, bikin capeklah itu pokoknya. 
Nggak selebay lari di lintasan gini juga sih..

Yang gue salut adalah semangat teman-teman di ekskul itu. Mereka mengajarkan gue hal yang benar. 
Kalau ada yang nggak bisa, kalau ada yang mau keluar dari ekskul, kalau ada yang nggak kuat, harus dirangkul, jangan malah dibiarin. 
Jadi kalau di tengah-tengah lari gue capek lalu jalan kecil, itu malah didorong sama mereka yang angkatan atas. Inget banget gue. Capek-capek, didorong suruh lari terus. Gue pikir kejam amat ya mereka. Gue kukuh dengan pendapat bahwa tiap orang punya batas kemampuan yang beda. Tapi gue pikir sekarang, memang guenya aja yang males hehehe. 

Setelah persiapan matang, gue pergi naik gunung. Dan imbas latihan itu masih berasa sampe akhirnya gue UAS kenaikan kelas. Ujian praktik olahraga gue berhasil di urutan ke tiga (tetep dari belakang) dari anak kelas. Membanggakan bukan? Iyalah! Setidaknya buat gue sendiri. Lebih ke arah bangga dari pada terharu saat itu. 

Malam ini gue merasa butuh mengembalikan kebanggaan itu. Gue mau usaha olahraga lagi, mungkin lari di taman depan rumah atau ikutan babeh tenis. Tapi kan malu ya kalau tenis masih cetek gitu. Sebenernya intinya gue pengen ada yang mendorong-dorong lagi sih. Lari bareng-bareng lagi. Kalau bareng-bareng kan setidaknya nggak terlalu berasa usaha berat menjadi bugar. 

0 comments:

Post a Comment