Thursday, March 1, 2012

Thesis and the effects

Ini masih soal skripsi. Dan ditambah dengan efek-efek yang akan terjadi setelah momok mahasiswa tingkat akhir ini selesai. 

step by step

Kalau ditanya sama orang, "Udah sampe mana skripsinya?" sekarang gue jadi bisa jawab, "Udah sampe males ngerjainnya." 
Gila se-hopeless itu loh gue sekarang sama skripsi sendiri. Sebabnya macam-macam. Pertama, karena emang nggak kelar-kelar. Siake tenan! Gue sudah telat ngumpulin, jadi terpaksa nambah satu semester lagi meski terhitung belum ikutan semesternya angkatan bawah. Ini semua kayaknya karena kaprodi yang simpang siur deh omongannya. Sebelum masuk semester 7, beliau bilang, "Skripsi harus tetap semester 7. Yang boleh berubah-ubah adalah magangnya." Okelah, jadi semester 7 gue bayar sekalian magang dan skripsian. Toh ternyata magang harus bikin laporan yang aduhai ribetnya. Skripsinya jadi terbengkalai. Wassalam dan welcome semester 8 untuk skripsi. Siake.
Kedua memang nggak jadi kelar juga karena topik. Udah dikasih topik sama temen gue. Menarik, gue suka. Lama-lama gue yang bingung sendiri karena setelah baca nggak tahu harus meletakkan skripsi gue ke jenis penelitian macam apa, entah deskripstif, eksplanatif, atau eksploratif. Ditambah setelah baca buku Kriyantono-Riset Praktis Komunikasi, makin nggak tahu dari topik gue apa yang bisa dijadiin variabel. Sampai tahap ini mampus berat. 
Makin berat ketika desas-desus dosen pembimbing alias gue tipe orang yang cuek. Dari temen yang udah pernah bimbingan sama beliau, katanya beliau itu cuma periksa EYD aja. Isi mah lewat terus. Oke, gue yang sudah kebingungan dengan topik harus gimana dengan isi skripsi gue kalau dibimbingnya bukan bagian isi? Dospem ini mungkin emang mudah saat bimbingan, tapi gue justru butuh dosen yang beneran bisa bimbing isi dengan sedikit mengesampingkan EYD. EYD bukan berarti nggak penting, tapi masih bisa gue oprek-oprek sendiri. Ketika gue bilang mau ganti topik, dospem cuma nyaut, "Udah tulis aja dulu..." Et dah woi, gimana cerita gue tulis dulu? Iya kalau bener, sesuai, lah kalau kagak. Asli gue nggak pede setelah kejadian nggak jelas topik dan variabel ini dan nggak pede ini bisa berefek lebih konyol ketika dospem gue maunya gue bikin bab 1 s.d. 3 dulu. Setelah itu baru bimbingan ke dia. (mau bilang WTF, tapi takut kualat) Gue cuma bisa pasrah, baiklah...

Ada efek-efek dari segeranya-harus-selesai-skripsi-gue. 
Pertama, gue ngiri ngeliat temen-temen gue yang udah pada kerja. Shit man. Udah pada punya duit, praktek kerja di kantor tanpa harus berpusing-pusing ria dengan skripsi yang isinya teoritis sekali ini.  Gue pengen banget segera kerja, entah balik ke Trans7 atau buka coffee shop sendiri. Dan gue masih punya mimpi backpackeran dengan duit hasil kerja gue.
Kedua, ada tawaran jalan ke luar negeri lagi yang bikin ngiler. Kali ini Malaysia. Beberapa waktu lalu gue sempet ngobrol sama hati kecil gue, "Kayaknya oke nih kalau ke Malaysia sama Safira. Gue kelar skripsian, Safira pas lagi kosong nungguin masuk universitas. Bisalah." Dan tadi siang omongan batin gue terjawab. Dapat tawaran ke Malaysia, sekitar Juli atau Agustus 2012. Backpackeran lagi, sama sepupu yang kemarin juga pergi bareng ke Singapura. Lantas masalah barupun muncul, "Apakah Juli itu gue akan sidang skripsi???"

Semuanya jelas harus ada tahapan demi tahapan. Kayak lagi bikin art latte aja. Pertama lo isi setengah gelas dengan espresso, lalu setelah itu lo isi pake frother milk. Kalau urutannya bener, art lattenya jadi cantik, tapi kalau urutannya lo tukar hasilnya kopi susu sachet-an yg diseduh. 

0 comments:

Post a Comment