Wednesday, February 24, 2010

Saya Tidak Sama Dengan Jablay


Rasa ingin memiliki pacar semakin mengebu-gebu hari ini. Mungkin karena sesuatu yang diprediksikan jauh meleset dari perkiraan. Semoga yang ini bukan sebagai pelarian.

Yang gue inginkan seorang pacar. Pacar yang bisa buat bilang "pagi say" disetiap sms pertama ba'da subuh. Pacar yang bisa digandeng tangannya saat jalan di antara keramaian, secara eksplisit menunjukkan, "Hey, ini loh pacar gue!" Pacar yang bisa dibelai pipinya saat gue gemas menatap matanya. Seseorang yang pertama kali ada setiap gue bangun tidur, orang yang pertama kali gue cium dahinya sebelum kaki ini menjuntai ke lantai.

Dan terselip keinginan paling ekstrim,

Gue ingin disentuh lebih dalam, intim. Saling menyentuhkan kulit. Saling merasakan kecupan di bibir masing-masing (untuk permainan lidah, itu adalah bonus dari nafsu). Kecupan kecil yang berkali-kali, bukan sekali tapi lama, bisa mati gue kehabisan nafas. Kecupan berulang yang tidak hanya di bibir tapi juga tengkung, leher, dan sekitar daerah intim.

Bukan kali pertama gue membayangkan sedang bercinta. Melakukan pergerumulan dengan seseorang, meski orang itu tidak gue kenal sama sekali.

Jangan sebut gue jablay. Ini sesuatu yang indah, seharusnya dinikmati tanpa harus ada ikatan (khusus untuk gue yang memang belum mau berkomitmen). Bercinta sama dengan bentuk pemujaan terhadap agama yang dianut di dalam kaum pagan, itu yang terlihat dari adegan Da Vinci Code. Sayangnya, agama yang gue anut mengharamkan perkimpoian tanpa ada ucapan janji yang suci.

Masturbasi adalah jalan terbaik hingga gue menemukan teman pendosa.

Saat ini gue belum butuh kisah cinta yang picisan, harus pake hati. Gue mau sentuhan, gue butuh fisik yang terdiri dari secuil cinta. Gak perlu benar-benar sayang, karena sayang bisa tumbuh dari hubungan yang mulai mengintim.

Read More

Tuesday, February 23, 2010

We are not In The Same Lenght


Ini bukan kali pertama, kali kedua, apa lagi kali urang.

Kita pernah di dalam keadaan seperti ini. Mungkin dari sisi gue saja. Bagaimana mungkin bisa, jika tidak ada yang memancing dan ada yang merasa terpancing.

Lo yang menyadarkan gue dan gue termakan. Terlalu hebat dikatakan "termakan" tapi benar adanya bahwa gue luluh dan menjadi (sok atau pura-pura) mengerti. Entah menjadi lebih baik atau bodoh.

Bukan karena astrologi yang tidak cocok maka gue lalu menyambung-nyambungkan dengan keadaan ini. Tapi karena keadaan ini yang lalu membuat gue menyambungkan ke astrologi. Kurang apa ya? Salah di mananya ya?

Di gue...?
Di lo...?
Di sekeliling...?

Bagaimana bisa saya bukan orang pertama yang kamu hubungi saat suka, tapi pertama yang kamu dengarkan nada panggilnya di kala duka??? HOW COME...

Itu berarti kamu tidak mengerti saya. Tidak tahu menahu apa yang saya mau. Bukan jadi yang terakhir mengucapkan selamat atas keberhasilanmu, tapi yang pertama.

Saya menggila tentang cinta. Namun persahabatan itu terlebih dalam.

Jika tidak mampu merangkul saya kala kamu senang, jangan libatkan lagi saya dalam setiap percakapan kamu. Karena saya akan hanya sedih. Sedih jika itu benar terjadi. Tersingkirkan dari yang menyenangkan. Tersingkirkan dari yang bisa membuat kita tertawa bersama.

Atau...
Mungkin saya yang terlalu mendramatisir dari keadaan yang terlalu flat? Terlalu sensitif? Termakan pikiran sendiri? Hey, tidak akan ada orang yang bisa benar-benar membaca mata dan bahasa tubuh seseorang secara tepat. Karena itu saya beranggapan bahwa kamu tidak benar-benar tulus, tidak mempelajari cara menghadapi komunikasi antara kita.

Saya mempelajari karakter kamu, mungkin memang belum semua. Dari yang saya pelajari, "Bukan karakter ini yang saya inginkan. Bukan seorang dengan pesimistikannya. Bukan 0rang yang membagi dukanya saja pada saya. Saya tidak butuh materi, saya mau kamu yang membalas perasaan riang yang diumbar tapi perasaan riang yang lengkap hanya untuk saya."

We are not in the same lenght.
Read More

Sunday, February 14, 2010

Foto Pantai

Sepulang dari Pangandaran, semua orang jadikan foto dengan background pantai sebagai profile picture mereka di Facebook.

Gue: "Kenapa pada samaan gini fotonya, semua pantai."
Hati: "Yaudah sih, hak mereka juga kan. Kenapa lo yang sirik?"
Gue: "Hellowww.. gue nggak sirik ya! Cuma heran, kenapa temen-temen gue pada latah gitu.Gue nggak bakal jadiin foto-foto pantai yang di tag-in jadi profpic gue!"
Hati: "Yakin? Lo kan juga latahan. Biasanya denger orang tajir dikit, langsung pengen tajir juga. Liat orang bawa barang bagus, pengen juga. Yakin nggak bakal latah?"

...

Gue: "Yakin. kalo pun gue pasang foto tag-an itu, itu bakalan setelah masa-masanya booming. Ntar-ntar aja! Lagian buat apa dah fotonya samaan gitu? Biar kompakkan? Terus, kalo gue nggak ganti profpic dibilang nggak kompak? Bocah baangeeeeetttt....!!"
Hati: "Sak karepmu! Pikiran lo picik aja. Suka kemakan pikiran sendiri sih. Nggak baik lho. Gila."

...
Read More